Senin, 29 April 2013

 Benteng Marlborough Bengkulu
Fort Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.

Konstruksi bangunan benteng Fort Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang ‘megah’ dan ‘mapan’. Bentuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh ‘kura-kura’ sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan. Detail-detail bangunan yang European Taste menanamkan kesan keberadaan bangsa yang besar dan berjaya pada masa itu. Dari berbagai peninggalan yang masih terdapat di dalam bangunan benteng dapat pula diketahui bahwa pada masanya bangunan ini juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan termasuk perkantoran, bahkan penjara.

Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Fort Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.

Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai bangunan ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Fort Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Fort Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Fort Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu. (Al Aksan)
          

Peninggalan Bung Karno Di Bengkulu


Minggu  lalu  si Papa berkesempatan berkunjung ke Bengkulu, kota yang pernah kutinggali  dulu, tempatku bekerja pertama kali sebelum menikah.  Artikel ini adalah kerja sama kami berdua, foto-foto dari si Papa, narasi kutulis sesuai ingatan waktu pernah mengunjungi tempat-tempat ini yang disesuaikan dengan keadaan sekarang dan tambahan dari beberapa sumber.
Bengkulu adalah salah satu kota tempat presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno,pernah diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, tahun 1936-1942. Bung Karno tinggal di kota ini disertai dengan istrinya, Ibu Inggit dan putri angkat mereka. Dari kota ini pula asalnya  Ibu Fatmawati.
Rumah pengasingan  berada di pusat kota Bengkulu, di daerah yang bernama Anggut Atas. Dahulu pemilik rumah ini adalah pengusaha  bernama Tan Eng Cian yang memasok bahan pokok untuk kebutuhan pemerintah kolonial Belanda. Semula luas  keseluruhan rumah ini sekitar 4 ha, tetapi kemudian lahan dibagi-bagi untuk menjadi rumah penduduk dan kantor.

Rumah ini tak terlalu besar, dibangun awal abad 20 dan berbentuk persegi panjang. Luas bangunan rumah  adalah 162 m2, dengan ukuran 9 x 18 m. Keadaan rumah ini sekarang lebih cantik dengan halaman yang terawat.  Di bagian depan ada teras yang dilengkapi satu set meja kursi dan  lemari pajang kecil.


Di bagian dalam rumah  terdapat sepasang kursi tua.  Di sisi kanan terdapat tiga buah kamar dan di sisi kiri terdapat dua kamar tidur. Di dalam kamar tidur terdapat ranjang besi yang merupakan tempat tidur Bung Karno saat ia menghuni rumah ini.  Di kamar-kamar lainnya meruapakan tempat penyimpanan, ada ruang tempat sepeda yang pernah dipakai Bung Karno, ruang berisi buku-buku koleksi beliau dan koleksi  pakaian dan perlengkapan pertunjukan sandiwara milik kelompok tonil Monte Carlo. Sayangnya koleksi ini tak sesuai dengan cara penyimpanan yang baik, tanpa pengatur suhu, sehingga koleksi banyak yang terlihat rusak.


Buku-buku tebal koleksi Bung Karno terdiri dari berbagai  jenis, seperti karya sastra klasik, ensiklopedia, data kepemimpinan Jong Java, hingga Alkitab Pemuda Katolik. Sekitar 60 persen dari semua buku yang ada di Rumah Pengasingan Bung Karno ini rusak parah.


Di kamar terakhir yang lain ada koleksi foto-foto BK beserta ibu Inggit dan keluarga, juga foto ibu Fatmawati remaja.  Di bagian kanan belakang rumah ada bangunan  memanjang  berisikan dapur, gudang  dan kamar mandi.

 NAMA : ALBERT FAJARIE